Saturday, March 1, 2008

Kuak Konspirasi Bikin Senjata Biologi dari Flu Burung - Buku Menkes Fadilah Bikin Gerah AS-WHO

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari (59) bikin gerah World Health Organization (WHO) dan Pemerintah Amerika Serikat (AS). Fadilah berhasil menguak konspirasi AS dan badan kesehatan dunia itu dalam mengembangkan senjata biologi dari virus flu burung, Avian influenza (H5N1). Setelah virus itu menyebar dan menghantui dunia, perusahaan-perusaha an dari negara maju memproduksi vaksin lalu dijual ke pasaran dengan harga mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Fadilah menuangkannya dalam bukunya berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung. Selain dalam edisi Bahasa Indonesia, Siti juga meluncurkan buku yang sama dalam versi Bahasa Inggris dengan judul It's Time for the World to Change. Konspirasi tersebut, kata Fadilah, dilakuakn negara adikuasa dengan cara mencari kesempatan dalam kesempitan pada penyebaran virus flu burung. "Saya mengira mereka mencari keuntungan dari penyebaran flu burung dengan menjual vaksin ke negara kita," ujar Fadilah kepada Persda Network di Jakarta, Kamis (21/2).

Situs berita Australia, The Age, mengutip buku Fadilah dengan mengatakan, Pemerintah AS dan WHO berkonpirasi mengembangkan senjata biologi dari penyebaran virus avian H5N1 atau flu burung dengan memproduksi senjata biologi. Karena itu pula, bukunya dalam versi bahasa Inggris menuai protes dari petinggi WHO.
"Kegerahan itu saya tidak tanggapi. Kalau mereka gerah, monggo mawon. Betul apa nggak, mari kita buktikan. Kita bukan saja dibikin gerah, tetapi juga kelaparan dan kemiskinan. Negara-negara maju menidas kita, lewat WTO, lewat Freeport, dan lain-lain. Coba kalau tidak ada kita sudah kaya," ujarnya. Fadilah mengatakan, edisi perdana bukunya dicetak masing-masing 1.000 eksemplar untuk cetakan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Total sebanyak 2.000 buku.

"Saat ini banyak yang meminta jadi dalam waktu dekat saya akan mencetak cetakan kedua dalam jumlah besar. Kalau cetakan pertama dicetak penerbitan kecil, tapi untuk rencana ini, saya sedang mencari bicarakan dengan penerbitan besar," katanya. Selain mencetak ulang bukunya, perempuan kelahiran Solo, 6 November 1950, mengatakan telah menyiapkan buku jilid kedua. "Saya sedang menulis jilid kedua. Di dalam buku itu akan saya beberkan semua bagaimana pengalaman saya. Bagaimana saya mengirimkan 58 virus, tetapi saya dikirimkan virus yang sudah berubah dalam bentuk kelontongan. Virus yang saya kirimkan dari Indonesia diubah-ubah Pemerintahan George Bush," ujar menteri kesehatan pertama Indonesia dari kalangan perempuan ini.

Siti enggan berkomentar tentang permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memintanya menarik buku dari peredaran. "Bukunya sudah habis. Yang versi bahasa Indonesia, sebagian, sekitar 500 buku saya bagi-bagikan gratis, sebagian lagi dijual ditoko buku. Yang bahasa Inggris dijual," katanya sembari mengatakan, tidak mungkin lagi menarik buku dari peredaran. Pemerintah AS dikabarkan menjanjikan imbalan peralatan militer berupa senjata berat atau tank jika Pemerintah RI bersedia menarik buku setebal 182 halaman itu. Mengubah Kebijakan Apapun komentar pemerintah AS dan WHO, Fadilah sudah membikin sejarah dunia. Gara-gara protesnya terhadap perlakuan diskriminatif soal flu burung, AS dan WHO sampai-sampai mengubah kebijakan fundamentalnya yang sudah dipakai selama 50 tahun.

Perlawanan Fadilah dimulai sejak korban tewas flu burung mulai terjadi di Indonesia pada 2005. Majalah The Economist London menempatkan Fadilah sebagai tokoh pendobrak yang memulai revolusi dalam menyelamatkan dunia dari dampak flu burung. "Menteri Kesehatan Indonesia itu telah memilih senjata yang terbukti lebih berguna daripada vaksin terbaik dunia saat ini dalam menanggulangi ancaman virus flu burung, yaitu transparansi, " tulis The Economist. The Economist, seperti ditulis Asro Kamal Rokan di Republika, edisi pekan lalu, mengurai, Fadilah mulai curiga saat Indonesia juga terkena endemik flu burung 2005 silam. Ia kelabakan. Obat tamiflu harus ada. Namun aneh, obat tersebut justru diborong negara-negara kaya yang tak terkena kasus flu burung. Di tengah upayanya mencari obat flu burung, dengan alasan penentuan diagnosis, WHO melalui WHO Collaborating Center (WHO CC) di Hongkong memerintahkannya untuk menyerahkan sampel pesimen. Mulanya, perintah itu diikuti Fadilah. Namun, ia juga meminta laboratorium litbangkes melakukan penelitian. Hasilnya ternyata sama. Tapi, mengapa WHO CC meminta sampel dikirim ke Hongkong?

Fadilah merasa ada suatu yang aneh. Ia terbayang korban flu burung di Vietnam. Sampel virus orang Vietnam yang telah meninggal itu diambil dan dikirim ke WHO CC untuk dilakukan risk assessment, diagnosis, dan kemudian dibuat bibit virus. Dari bibit virus inilah dibuat vaksin. Dari sinilah, ia menemukan fakta, pembuat vaksin itu adalah perusahaan-perusaha an besar dari negara maju, negara kaya, yang tak terkena flu burung.

Mereka mengambilnya dari Vietnam, negara korban, kemudian menjualnya ke seluruh dunia tanpa izin. Tanpa kompensasi. Fadilah marah. Ia merasa kedaulatan, harga diri, hak, dan martabat negara-negara tak mampu telah dipermainkan atas dalih Global Influenza Surveilance Network (GISN) WHO. Badan ini sangat berkuasa dan telah menjalani praktik selama 50 tahun. Mereka telah memerintahkan lebih dari 110 negara untuk mengirim spesimen virus flu ke GISN tanpa bisa menolak. Virus itu menjadi milik mereka, dan mereka berhak memprosesnya menjadi vaksin. Di saat keraguan atas WHO, Fadilah kembali menemukan fakta bahwa para ilmuwan tidak dapat mengakses data sequencing DNA H5N1 yang disimpan WHO CC.

Data itu, uniknya, disimpan di Los Alamos National Laboratoty di New Mexico, AS. Di sini, dari 15 grup peneliti hanya ada empat orang dari WHO, selebihnya tak diketahui. Los Alamos ternyata berada di bawah Kementerian Energi AS. Di lab inilah duhulu dirancang bom atom Hiroshima. Lalu untuk apa data itu, untuk vaksin atau senjata kimia? Fadilah tak membiarkan situasi ini. Ia minta WHO membuka data itu. Data DNA virus H5N1 harus dibuka, tidak boleh hanya dikuasai kelompok tertentu. Ia berusaha keras. Dan, berhasil. Pada 8 Agustus 2006, WHO mengirim data itu. Ilmuwan dunia yang selama ini gagal mendobrak ketertutupan Los Alamos, memujinya.

Majalah The Economist menyebut peristiwa ini sebagai revolusi bagi transparansi. Tidak berhenti di situ. Siti Fadilah terus mengejar WHO CC agar mengembalikan 58 virus asal Indonesia, yang konon telah ditempatkan di Bio Health Security, lembaga penelitian senjata biologi Pentagon. Ini jelas tak mudah. Tapi, ia terus berjuang hingga tercipta pertukaran virus yang adil, transparan, dan setara. Ia juga terus melawan dengan cara tidak lagi mau mengirim specimen virus yang diminta WHO, selama mekanisme itu mengikuti GISN, yang imperialistik dan membahayakan dunia. Dan, perlawanan itu tidak sia-sia. Meski Fadilah dikecam WHO dan dianggap menghambat penelitian, namun pada akhirnya dalam siding Pertemuan Kesehatan Sedunia di Jenewa Mei 2007, International Government Meeting (IGM) WHO di akhirnya menyetujui segala tuntutan Fadilah, yaitu sharing virus disetujui dan GISN dihapuskan.

Friday, February 29, 2008

Penyakit dan Pengobatan

Tulisan disusun oleh: dr. Sauvani J.

INFEKSI VIRAL

Tetelo

Newcastle Disease (ND)

Sampar Ayam

Pes Cekak

ND merupakan infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramyxo dan biasanya dikualifikasikan menjadi:

    1. Strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease (VVND) atau tipe Velogenik, tipe ini menyebabkan kematian yang luar biasa bahkan hingga 100%.
    2. Tipe yang lebih ringan disebut degan “Mesogenic”. Kematian pada anak ayam mencapai 10% tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam akan menampakangejala seperti gangguan pernapasan dan saraf.
    3. Tipe lemah (lentogenik) merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan kematian. Hanya saja dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya terdapat sedikit gangguan pernapasan.

ND sangat menular, biasanya dalam 3-4 hari seluruh ternak akan terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju dan burung liar.

Pada tahap yang mengenai pernapasan maka virus akan ditularkan melalui udara. Meskipun demikian pada penularan melalui udara, virus ini tidak mempunyai jangkauan yang luas. Unggas yang dinyatakan sembuh dari ND tidak akan dinyatakan sebagai “carrier” dan biasanya virus tidak akan bertahan lebih dari 30 hari pada lokasi pemaparan.

Gejala yang nampak pada ayam yang terkena penyakit ini adalah sebagai berikut:

- excessive mucous di trakea

- gangguan pernapasan dimulai dengan megaop-megap, batuk, bersin dan ngorok waktu bernapas

- ayam tampak lesu

- napsu makan menurun

- produksi telur menurun

- mencret, kotoran encer agak kehijauan bahkan dapat berdarah

- jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun, otot tubuh gemetar, kelumpuhan hingga gangguan saraf yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan leher terpuntir.

Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

- ayam yang tertular harus dimusnahkan.

- vaksinasi harus dilakukan untuk memperoleh kekebalan. Jenis vaksin yang kami gunakan adalah ND Lasota yang kami beli dari PT. SHS. Vaksinasi ND yang pertama, kami lakukan dengan cara pemberian melalui tetes mata pada hari ke 2. Untuk berikutnya pemberian vaksin kami lakukan dengan cara suntikan di intramuskuler otot dada.

- untuk memudahkan untuk mengingat mengenai waktu pemberian vaksin, seorang penulis menyarankan agar memberikan vaksin ini dengan pola 444. maksudnya vaksin ND diberikan pada ayam yang berumur 4 hari, 4 minggu, 4 bulan dan seterusnya dilakukan 4 bulan sekali. Namun kami mempunyai sedikit perbedaan dengan jadwal pola 444.(lihat jadwal pemberian vaksin modifikasi kami)

Pencegahan yang harus dilakukan oleh para peternak mengingat penyakit ini sangat infeksius adalah sebagai berikut:

- memelihara kebersihan kandang dan sekitarnya. Kandang harus mendapat sinar matahari yang cukup dan ventilasi yang baik.

- memisahkan ayam lain yang dicurigai dapat menularkan penyakit ini.

- memberikan ransum jamu yang baik.

Gumoro
Infectious Bursal Disease

Penyakit ini menyerang kekebalan tubuh ayam, terutama bagian fibrikus dan thymus. Kedua bagian ini merupakan pertahanan tubuh ayam. Pada kerusakan yang parah, antibody ayam tersebut tidak terbentuk. Karena menyerang system kekebalan tubuh, maka penyakit ini sering disebut sebagai AIDSnya ayam. Ayam yang terkena akan menampakan gejala seperti gangguan saraf, merejan, diare, tubuh gemetar, bulu di sekitar anus kotor dan lengket serta diakhiri dengan kematian ayam.

Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus dari genus Avibirnavirus. Di dalam tubuh ayam, virus ini dapat hidup hingga lebih dari 3 bulan, kemudian akan berkembang menjadi infeksius. Gumoro memang tidak menyebabkan kematian secara langsung pada ayam, tetapi infeski sekunder yang mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan cepat karena kekebalan tubuhnya tidak bekerja.

Seorang penulis menyebutkan bahwa gumoro menyerang anak ayam pada usia 2 – 14 minggu dengan gejala awal sbb:

- napsu makan berkurang

- ayam tampak lesu dan mengantuk

- bulu tampak kusam dan biasanya disertai dengan diare berlendir yang mengotori bulu pantat

- peradangan di sekitar dubur dan kloaka.biasanya ayam akan mematoki duburnya sendiri.

- jika tidur, paruhnya menempel di lantai dan keseimbangan tubuhnya terganggu.

Sedangkan penulis yang berbeda menyebutkan gejala gumoro adalah sbb:

- diare berlendir

- nafsu makan turun

- gemetar dan sukar berdiri

- bulu di sekitar anus kotor

- ayam suka mematuk di sekitar kloaka

Penulis yang lain menyebutkan bahwa gumoro dapat dibagi 2 yaitu gumoro klinik dan sub klinik. Gumoro klinik menyerang anak ayam berumur 3-7 minggu. Pada fase ini serangan terhadap kekebalan tubuh ayam tersebut hanya bersifat sementara antara 2-3 minggu. Gumoro subklinik menyerang anak ayam berumur 0-3 minggu. Penyakit ini paling menakutkan karena kekebalan tubuh ayam dapat hilang secara permanen, sehingga ayam dengan mudah terserang infeksi sekunder.

Gumoro menyebar melalui kontak langsung, air minum, pakan, alat-alat yang sudah tercemar virus dan udara. Yang sangat menarik adalah gumoro tidak menular dengan perantaraan telur dan ayam sudah sembuh tidak menjadi “carrier”. Upaya penanggulangan gumoro ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu vaksinasi, menjaga kebersihan lingkungan kandang.

Bronchitis

Infectious Bronchitis

Penyakit ini disebabkan oleh Corona virus yang menyerang system pernapsan. Pada ayam dewasa penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi pada ayam berumur kurang dari 6 minggu dapat menyebabkan kematian. Informasi yang lain menyebutkan bahwa ayam yang terserang penyakit ini dan berumur di bawah 3 minggu, kematian dapat mencapai 30-40%. Penularan dapat terjadi melalui udara, peralatan, pakaian. Virus akan hidup selama kurang 1 minggu jika tidak terdapat ternak pada area tersebut. Virus ini mudah mati karena panas atau desinfektan.

Gejala penyakit IB ini sangat sulit untuk dibedakan dengan penyakit respiratory lainnya. Secara umum gambaran penyakit tersebut adalah:

- batuk

- bersin

- rattling

- susah bernapas

- keluar lendir dari hidung

- terengah-engah

- napsu makan menurun

- gangguan pertumbuhan

- pada periode layer akan didapatkan produksi telur yang sangat turun hingga mendekati zero dalam beberapa hari, butuh waktu sekitar 4 minggu agar ayam kembali berproduksi, bahkan beberapa diantaranya tidak akan kembali ke normal. Telur yang dihasilkan akan berukuran kecil, cangkang telur lunak, bentuk telur menjadi irregular.

Sanitasi merupakan factor pemutus rantai penularan penyakit karena virus tersebut sangat rentan terhadap desinfektan dan panas. Pencegahan lain yang sangat umum dilakukan adalah dengan memberikan vaksinasi secara teratur.

Avian Pox

Avian pox mempunyai daya sebar yang relatif lambat. Avian pox disebabkan oleh minimal 3 strain atau tipe yaitu: fowl pox virus (virus cacar pada unggas), pigeon pox virus (virus cacar pada burung dara) dan canary pox virus (virus cacar pada burung kenari). Biasanya cacar yang terjadi pada ayam disebabkan oleh fowl pox virus. Virus ini dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung. Virus ini sangat resisten pada keropeng yang kering dan dalam beberapa kondisi dapat hidup hingga beberapa bulan. Virus ini dapat ditransmisikan melalui beberapa spesies nyamuk. Nyamuk ini akan membawa virus yang infeksius ini setelah nyamuk tersebut menggigit unggas yang terinfeksi.

Meskipun fowl pox penyebarannya relatif lambat, kawanan unggas ini dapat berpengaruh selama beberapa bulan. Perjalanan penyakit ini memerlukan waktu sekitar 3-5 minggu.

Gejala yang didapatkan pada penyakit ini adalah:

- pertumbuhan yang lambat pada unggas muda

- telur menurun pada periode layer

- kesulitan bernapas dan makan

- dry pox, dimulai dari “small whitish foci” dan kemudian berkembang menjadi “wart-like nodules”. Nodule tersebut kemudian akan mengelupas dalam proses penyembuhan. Lesi ini biasanya terlihat pada bagian tubuh yang tidak berbulu seperti lubang telinga, mata , jengger, pial dan kadang-kadang ditemukan di kaki.

- wet pox diasosiasikan dengan cavitas oral dan traktus respiratorius bagian atas, terutama pada laryng dan trakea.

Langkah pencegahan yang utama adalah memberikan vaksinasi pada ayam. Pemberian vaksinasi dilakukan dengan melakukan penusukan pada sayap dengan jarum khusus.

Marek (Visceral Leukosis)

Disebabkan oleh virus tipe DNA yang tergolong herpes tipe B. Marek diidentikan dengan penyakit anak ayam, meskipun demikian penyakit ini juga dapat menginfeksi ayam yang lebih tua. Anak ayam terserang adalah kelompok umur 3-10 minggu. Umur 8-9 minggu merupakan umur yang paling rawan. Penularan dapat terjadi secara kontak langsung, kotoran ayam, debu dan peralatan kandang.

Marek dapat menimbulkan beberapa variasi gejala klinis, antara lain:

- Marek tipe visceral

Ditandai dengan lesi pada gonad, hati, limpa, ginjal dan kadang-kadang pada jantung, paru dan otot. Penyakit ini biasanya akut, rupanya unggas yang sehat akan mengalami kematian secara cepat dengan tumor internal yang masif.

- Marek tipe neural

Ditandai dengan kelumpuhan yang progresif pada sayap, kaki dan leher. Penurunan berat badan, anemia, kesulitan bernapas dan diare merupakan gejala yang sering ditemukan .

- Ocular leucosis atau “gray eye”

Morbiditas dan mortalitas biasanya sangat kecil tetapi disebutkan mendekati 25%. Gejalanya dikarakteristikan dengan spotty depigmentation atau diffuse graying pada iris mata. Pupil mata berbentuk irregular dan gagal bereaksi terhadap cahaya. Diare berat dan kematian.

- Skin leukosis

Pembesaran folikel bulu karena akumulasi limfosit.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksinasi pada DOC berumur 1 hari dengan vaksin Cryomarex HVT atau Cryomarex Rispens.Ayam yang terinfesi sebaiknya dimusnahkan agar tidak menularkan ke ayam yang sehat.

Sumber: http://www.glory-farm.com/psv/infeksi_viral.htm

Ayam Petelur (Layer)

Ayam pada kandang batere harus diberi perhatian khusus, terutama dalam hal pakan. Pakan yang kami berikan adalah konsentrat 30%, jagung 30% dan dedek 40%. Komposisi pakan ini mempunyai titik berat pada jumlah protein. Jumlah protein yang harus dicapai adalah 18%, karena di bawah 18%, ayam-ayam tersebut enggan untuk bertelur. Konsentrat yang kami gunakan adalah Global 581.

Air minum yang diberikan pada pagi hari kami campur dengan Nutrisimba. Nutrisimba ini merupakan probiotik produksi ITB yang digunakan untuk mengurangi bau amoniak dari kotoran ayam. Bau amoniak yang menyengat, akan membuat ayam menjadi stress sehingga produksi telur pun akan ikut terpengaruh. Setelah pemberian Nutrisimba, air minum harus diberikan secara ad libitum atau tidak terbatas. Jangan sampai air minum tersebut kering karena akan menyebabkan stress tersendiri bagi ayam yang berujung pula pada penurunan produksi telur. Seminggu sekali diberi Amylit untuk mengurangi stress yang mungkin timbul dan membantu menjaga kesehatan layer.

Telur yang dihasilkan oleh ayam yang berada di daerah tropis pada umumnya mempunyai suhu yang tinggi sebagai akibat oleh badan ayam ditambah suhu lingkungan yang relatif tinggi. Untuk mencegah pengaruh suhu yang tinggi tersebut, telur-telur harus secepatnya diambil dari kandang. Selain itu menghindari pecahnya telur akibat dipatuk oleh ayam. Menurut Anton (1980), telur akan banyak yang pecah jika diambil sekali dibandingkan 2-3 kali/hari.

Pengambilan telor dan meletakkan dalam tray telor adalah cara yang paling baik agar telor tidak mudah pecah karena penanganan sejak awal

Penyebab pecahnya telur ada beberapa macam antara lain system kandang. Beberapa penelitian mengatakan bahwa perbandingan kerugian menggunakan laying cages system dengan system litter, keretakan akan lebih banyak terjadi pada laying cages system. Keretakan dapat disebabkan karena telur menumbuk dinding depan, menumbuk telur yang belum dikumpulkan atau terinjak oleh kaki ayam itu sendiri. Namun penyebab utama dari setiap kerusakan teluradalah manusia, meskipun tidak langsung. Penyebab pecahnya telur karena factor manusai atau pekerja antara lain karena kecerobohan pekerja, biasanya pekerja akan mengambil banyak telur pada kedua tangannya dan pada saat meletakkan pada egg tray kurang hati-hati yang berakibat poada pecahnya telur. Petugas kandang kurang tepat dalam menyusun egg tray, keadaan ini dapat menyebabkan jatuhnya egg tray dan pecahnya telur. Pengepakan dalam peti juga turut ambil bagian dalam pecahnya telur. Karena tergesa-gesa peletakan telur kurang benar, sehingga dapat terjadi benturan antara telur yang satu dengan telur yang lain.

Sanitasi kandang memang merupakan point yang harus diperhatikan. Setiap seminggu sekali kotoran ayam harus disemprot dengan menggunakan Degrasimba. Degrasimba ini merupakan produk hasil dari penelitian IPB yang merupakan probiotik pengurai kotoran. Penyemprotan dengan menggunakan Degrasimba membuat kotoran ayam menjadi lebih tidak berbau dan lalat juga lebih berkurang. Namun tidak kalah pentingnya, setiap minggu kotoran ayam juga harus dibersihkan. Kotoran ayam yang menumpuk akan dijadikan tempat berkembang biak lalat dan menimbulkan bau yang sangat busuk. Oleh karena itu, minimal seminggu sekali petugas kandang harus mengeruk kotoran baik yang terdapat pada sekatan bambu maupun yang berada di tanah. Kotoran ayam ini dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung. Karung-karung tersebut lalu diikat seperti biasa dan diletakan jauh dari kandang baterai. Karung yang berisi kotoran itu harus diletakan di tempat yang kering jangan sampai terkena air hujan karena selain dapat digunakan sebagai tempat berkembang biak lalat, bau yang tidak sedap dan bibit penyakit dapat tumbuh dan tersebar kemana-mana. Bau amoniak yang tajam akan membuat ayam menjadi tidak nyaman sehingga akan mengakibatkan berkurangnya produksi telur. Kotoran ayam ini jangan dianggap sebagai barang tidak berharga karena kotoran ayam ini dapat dijual sebagai pupuk tanaman. (Hasil Samping).

Pengambilan kotoran ayam dan menempatkannya dalam karung-karung agar mudah dalam membawa dan menjualnya.

Untuk menjaga kesehatan ayam, seluruh kandang baterai harus disemprot dengan menggunakan Virkons karena penggunaannya lebih mudah dan mempunyai spectrum yang luas serta lebih aman jika digunakan pada penyemprotan yang tidak diperlukan pemindahan makanan maupun minuman. Penyemprotan dilakukan sebulan sekali. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada siang hari sehingga lebih mudah kering dan kandang tidak lembab. Seperti biasa penyemprotan dilakukan mulai dari langit-langit kandang hingga pada tempat kotoran ayam.

Pada periode layer, pencahayaan merupakan salah satu penentu produktifitas ayam. Pada masa ini lampu dinyalakan mulai pukul 18.00 hingga pukul 21.00.

Lampu jenis pijar, adalah yang paling baik karena memiliki panjang gelombang yang diperlukan untuk merangsang hormon LH untuk proses pembentukan telor.

Sumber: http://www.glory-farm.com/mgt_pa/mgt_layer.htm

Kandang Batere

Kandang baterai utama dibangun dengan ukuran sebagai berikut panjang 17 m, lebar 5 meter dan tinggi 3.5 meter membujur dari Timur ke Barat. Kandang ini dibuat terbuka tanpa dinding. Kami membuat bangunan ini dengan bahan dasar kayu dan beratapkan asbes. Lantai kandang tidak kami plester dengan semen, cukup dengan tanah yang dipadatkan dan ditaburi pasir agar kotoran menjadi lebih cepat kering. Sesuai dengan lebar dan panjang lajur kandang baterai, tanah yang berada tepat di bawahnya kami batasi dengan batako yang dipasang berjejer, setelah itu samping luar batako diuruk dengan tanah dan dipadatkan. Maksud pemasangan batako ini agar kotoran ayam hanya menumpuk di bagian bawah kandang dan tidak berserakan kesana-sini.

Pemasangan Batako untuk membatasi penyebaran kotoran ayam pada area yang disediakan dan peninggian tanah sekitar untuk perkuatanan dan memudahkan pekerja untuk mengurus kandang batere.

Selasar kami buat selebar 1.2 meter dengan harapan agar air tidak tampyas ke kandang. Kami mengatur agar letak kandang baterai berseberangan dengan kandang pembesaran. Menurut referensi, jarak antar kandang yang baik adalah selebar kandang yaitu sekitar 5 meter, namun kami membuat jarak antara kedua kandang tersebut hanya 3 meter dengan sudut yang kami atur sedemikian rupa dan disesuaikan dengan tanah yang ada, sinar matahari pagi yang masuk sekitar pukul 08.00 hingga 10.00 maupun sore sekitar pukul 14.00 hingga 16.00 dapat menerangi hingga tengah-tengah kandang dengan sisi yang berlawanan. Pada langit-langit kandang bagian tengah, samping kanan dan kiri, dipasang lampu pijar 25 watt setiap 4 meter. Kegunaan lampu ini adalah untuk menerangi kandang dari pukul 18.00 hingga pukul 21.00.

Lampu jenis pijar, adalah yang paling baik karena memiliki panjang gelombang yang diperlukan untuk merangsang hormon LH untuk proses pembentukan telor.

Kandang baterai kami beli dari Bp. Widodo di daerah Ciputat. Harga saat ini adalah Rp. 13.000/kg pada awal Januari 2008. Ukuran kandang baterai yang kami pesan adalah 110x40x45 cm. Kandang baterai ini harus dirangkai terlebih dahulu sehingga masing-masing kandang baterai terbagi menjadi 4 ruangan. Masing-masing ruangan ditempati oleh 2 ekor ayam. Rangkaian kandang baterai tersebut disusun bertingkat sehingga 1 lajur terdiri dari 4 baris. Kami mempunyai 2 lajur kandang baterai yang kami tempatkan pada sisi kiri dan kanan kandang. Pada tengah-tengah kandang baterai utama ini yang juga merupakan jarak antara lajur pertama dan lajur kedua, kami beri jarak 1 meter yang digunakan petugas untuk memberi pakan dan membersihkan kandang.

Rangkaian kandang baterai ini disangga dengan dolken yang ditumpukan pada semen cor untuk menghindari rayap dan proses pelapukan. Tinggi penyangga tingkat pertama adalah 60 cm. Sedangkan baris pada susunan kedua berjarak 120 cm dari permukaan tanah. Pemasangan kandang baterai ini harus diperhatikan tingkat kemiringan lantainya. Tingkat kemiringan lantai ini penting untuk menghindari telur terlalu cepat meluncur sehingga dapat pecah atau bahkan “terbang” dari tempatnya. Kandang baterai ini memang sudah diset dengan ukuran tertentu sehingga pada sisi bagian depan kandang lebih tinggi dibandingkan dengan sisi bagian belakang kandang. Jika kandang baterai tersebut diletakkan pada tempat yang datar maka akan tampak miring pada atasnya. Untuk memudahkan pemasangan, bagian atas kandang baterai dibuat sejajar dengan tanah sehingga sudah dapat dipastikan lantai kandang baterai tersebut sudah mempunyai kemiringan yang cukup aman untuk telur-telur yang dihasilkan..

Antara kandang baterai dan tanah dipasang sekat bambu yang dibelah-belah dan dipaku berjajar dengan jarak sekitar 2 cm. Bilah-bilah bambu ini digunakan untuk menahan kotoran agar tidak semuanya langsung jatuh ke tanah. Selain kotoran menjadi lebih cepat kering, bau yang ditimbulkan juga semakin berkurang.

Potongan bilah bambu dan penyusu-nannya juga ketinggian dari tanah penting untuk mempercepat keringnya kotoran agar tidak berbau.

Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum yang kami buat sendiri dari paralon 3” dan 11/2” yang kami potong ± 1/3 sisinya dengan menggunakan grenda listrik. Yang terpenting pada pembuatan tempat pakan dan tempat minum dari paralon ini adalah pengukuran tempat ikatan pada kandang baterai. Tempat pengikatan ini harus diperhitungan jaraknya agar paralon tetap terpasang tepat di tempatnya dan tidak melengkung karena kelebihan beban pada bagian tengah diantara dua tempat pengikatan. Kami sengaja melakukan efisiensi biaya sehingga membuat tempat pakan dan minum ini dari paralon karena lebih murah dibandingkan jika kami membeli dari supplier peralatan peternakan. Pemasangan paralon tempat pakan berada di bawah paralon tempat minum.

Posisi Tempat pakan dan air minum dari bahan pralon yang dipotong sesuai kebutuhan.

Pemasangan paralon tempat minum mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemasangan paralon tempat pakan. Selain sambungan antar paralon tidak boleh bocor, paralon ini dipasang sedikit miring ke salah satu sisi tertentu. Hal ini dimaksudkan agar air minum hanya diberikan pada salah satu sisi saja namun dapat menjangkau ke seluruh panjang paralon dan air tidak tumpah selama perjalannya menuju ke sisi yang berlawanan. Pengisian tempat minum ini harus dilakukan secara hati-hati. Paralon cukup diisi 1/3 bagian saja, jangan terlalu penuh karena mengandung resiko tumpahnya air minum. Dengan tumpahnya air minum yang langsung membasahi pakan yang berada di bawahnya akan membuat pakan menjadi basah dan mudah berjamur. Oleh sebab itu, pemberian air minum dilakukan sesering mungkin jangan sampai kehabisan tetapi juga jangan terlalu penuh. Air minum yang kering akan membuat ayam menjadi stress dan berujung dengan produksi yang menurun.

Paralon tempat minum harus dibersihkan setiap pagi atau sore, dikeringkan, dilap dan diisi kembali. Pembersihan tempat minum ini sangat penting karena air minum tersebut akan tercampur dengan liur dan sisa makanan ayam. Jika dibiarkan sehari saja, maka air minum itu akan berbau busuk dan tidaklah menutup kemungkinan banyak mengandung bakteri yang merugikan kesehatan ayam. Sedangkan untuk efisiensi pakan, paralon tempat pakan harus dipasang lebih menghadap ke sisi luar sehingga pada saat ayam mematuk-matuk pakan, tidak banyak pakan yang terbuang percuma.

Yadi, sedang membersihan tempat pakan ayam untuk kesehatan ayam-ayam dan meratakan pakan agar tidak terbuang.

Kandang baterai yang telah selesai dirangkai disemprot dengan desinfektan Desogerm sebelum digunakan. Setiap minggu kotoran ayam harus dikeruk dan dibersihkan. Pembersihan kotoran ayam ini bertujuan untuk menanggulangi bau amoniak yang berlebihan dan mengurangi populasi lalat yang senang sekali tinggal di tempat yang kotor dan berbau. Bau amoniak yang berlebihan akan membuat ayam menjadi stress dan mengakibatkan berkurangnya produktifitas ayam tersebut. Hasil Samping.Penyemprotan kandang dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan Degrasimba agar kotoran ayam tidak berbau sehingga tidak mempengaruhi produktivitas ayam layer

Diambil dari: http://www.glory-farm.com/mgt_pa/kdg_batere.htm

Monday, February 25, 2008

Tens of thousands of poultry die of AI in E. Kalimantan

06/20/07 01:05

Samarinda (ANTARA News) - At least 43,000 poultry in Samarinda city and Kutai Kartanegara distict have been infected with the bird flu (Avian Influenza) virus since last May, a provincial animal husbandry official said.

"Since the first bird flu case was known in 2005, the two regions have been categorized as bird-flu endemic areas but last May there was a flareup in the situation ," the official said.

Speaking after a meeting to coordinate bird flu response and prevention efforts, he said all the infected poultry in the two regions had died or were culled.

In the Kutai Kartanegara distirct in May, 28,200 poultry were infected and most of them in seven of the district`s 12 sub districts were found dead.

In Samarinda city since Mei 573 infected poultry were culled while 15,000 were found dead, he said.

At the coordination meeting it was decided that the East Kalimantan provincial administration would coordinate efforts to be made by all government agencies in the province to respond to bird flu outbreaks immediately to prevent the disease from spreading to other cities or districts outside Samarinda and Kutai Kartanegara.

Although so far the virus had not affected humans in East Kalimantan, the provincial health office had provided six hospitals in the region with equipment to treat bird flu patients.

Meanwhile, the chairman of the East Kalimantan Association of Poultry Breeders, Sumarsongko, asked local animal health authorities to initiate efforts to familarize poulty breeders in the province with symptoms of bird flu and methods to check poultry`s state of health as many of them still lacked the knowledge or did not employ people who had the capability to detect the disease.

He also said since the recent bird flu outbreaks among poultry, many people had become reluctant to consume chicken meat and as a consequence, the market price of poultry had dropped resulting in lower income for poultry breeders.

Therefore, he said, he hoped the provincial administration would not hurry to declare the bird-flu situation an "extraordinary happening" (KLB) us such a measure would cause poultry breeders to suffer even greater losses.

The market price of a live chicken weighing 1.5 kilograms had dropped to Rp4,000 per chicken and that of a chicken weighing 2 kilograms to Rp6.000 since last May, Sumarsongko said. (*)

http://www.antara.co.id/en/arc/2007/6/20/tens-of-thousands-of-poultry-die-of-ai-in-e-kalimantan/

Sunday, February 24, 2008

Menghindari Flu Burung dengan Teknologi

Sejak menjadi wabah yang mematikan, flu burung telah menjelma sebagai mimpi buruk para peternak unggas. Namun ketakutan seperti itu tidak dirasakan Pak Katimin (45), seorang peternak ayam broiler di daerah Makroman, Samarinda, Kalimantan Timur.

Lelaki berwajah lugu dengan penampilan sederhana ini tidak terlalu khawatir akan kesehatan ternaknya. Alasannya, semenjak belajar komputer dan internet, ia jadi bisa mengenali berbagai jenis penyakit unggas serta cara mengobatinya. Dari internet jugalah Katimin mendapat berbagai pengetahuan yang langsung bisa diterapkan dalam usaha ternaknya.

Tak heran bila peternak yang memulai usahanya dengan 300 ekor ayam itu kini telah mampu memasarkan lebih dari 3.000 ekor ayam pedaging dari dua kandang besar yang dimilikinya. Bukan hanya itu, Katimin bahkan mampu menghindari kerugian penjualan berkat informasi harga yang ia peroleh dari internet.

Sebelum berkenalan dengan yang namanya komputer, Katimin sering menghadapi masalah dengan ayam-ayamnya. Ia selalu kebingungan bila ternaknya sakit, lalu mati satu demi satu. Ia tidak mengetahui penyakit apa yang menyerang ayamnya, dan bagaimana mengobatinya.

“Dulu, setiap kali ada ayam yang sakit, saya hanya bisa mencoba-coba mengobati sendiri. Kalau sedang beruntung, obat itu bisa membuat ayam sembuh. Tapi seringkali yang terjadi adalah salah obat,” katanya, mengenang masa awal ia beternak di tahun 2000.
Sekarang, peristiwa seperti itu tidak pernah lagi terjadi. Sejak belajar komputer dan mengenal internet dari Pusat Pembelajaran dan Pelatihan Masyarakat atau Community Training & Learning Center (CTLC), Pak Katimin seolah menjadi dokter bagi ayam-ayamnya. Dari internet, ia mendapat pengetahuan mengenai penyakit-penyakit ayam dan bagaimana mengobatinya.

Berkat internet pula ia bisa memilih obat apa yang tepat dan seberapa banyak takarannya. Hasilnya, peternakannya pun terhindar dari wabah flu burung yang membuat ciut nyali para peternak itu. “Berkat pengetahuan yang saya dapat dari CTLC, saya bisa mengenali jenis-jenis penyakit dan gejalanya,” tutur lelaki keturunan transmigran asal Jawa Tengah yang lahir di Kalimantan itu. “Alhasil pengobatannya tepat, ayam saya sehat, dan kami terhindar dari flu burung,” ujarnya.
Dari 300 Menjadi 3.000 Lebih

Di samping berhasil menghindarkan ternaknya dari penyakit, Katimin memperoleh banyak informasi lain mengenai peternakan unggas. Karena selalu mengikuti perkembangan situasi perunggasan terkini, maka informasi pakan, obat-obatan, bahkan harga jual ayam tak pernah luput dari perhatiannya. Usahanya semakin maju, hingga pada bulan Juli 2006, ia sudah mampu meningkatkan jumlah ayam peliharaannya sampai 3.200 ekor.

Seperti disebut di atas, internet telah membantu Katimin mengetahui kondisi harga pasar daging ayam. Sebagai gambaran, saat ini konsumsi daging ayam di Kalimantan Timur mencapai 60.000 ekor setiap hari. Harga daging menjadi turun bila pasokan berlebih. Dengan biaya pemeliharaan sebesar Rp 13 juta untuk 1.000 ayam, peternak baru mencapai impas atau BEP (break even point) bila bisa menjual daging ayam seharga Rp 8.200 per kg.

Agar mereka bisa menjual dengan harga lebih tinggi, maka harus diusahakan agar ayam dijual saat permintaan tinggi dan pasokan sedikit. Untuk itu peternak butuh informasi kondisi pasar, sehingga bisa mengatur kapan mereka harus membeli anak ayam umur satu hari (DOC atau day old chicken) dan kapan menjualnya. Adapun ayam broiler biasanya dipanen setelah 35 hari, karena pada umur itulah pertumbuhan ayam mencapai puncaknya.

“Dengan mengetahui kondisi pasar, kita bisa memperkirakan kapan harus mulai memelihara ayam,” ujar Pak Katimin. “Kalau tidak begitu, bisa-bisa kita rugi besar karena menjual saat harga turun.”

Berkenalan dengan Teknologi

Adapun perkenalan Katimin dengan teknologi tidak berlangsung dengan mulus. Ketika mulai memelihara ayam, Katimin adalah peternak dengan pengetahuan terbatas. Pergaulannya dengan orang yang mengetahui bidang perunggasan hanya terjadi ketika ia bertandang ke Toko Sapronak PS untuk membeli pakan dan keperluan ayamnya. Tapi dari situlah terbuka jalan bagi Pak Katimin untuk mengenal teknologi.

Adalah Purwoko, pemilik Toko Sapronak, yang menjadi perantara perkenalan Katimin dengan komputer. Purwoko sudah sejak lama menjadi tempat bertanya bila Katimin menghadapi masalah dengan ayamnya. Seringkali Katimin harus menempuh perjalanan selama 30 menit menggunakan sepeda motor untuk bertanya obat apa yang harus diberikan pada ayamnya yang sakit. Bila kebetulan yang empunya toko tidak ada di tempat, maka Katimin harus rela menunggunya.

Sampai kemudian, pada bulan November 2005, Toko Sapronak dipilih sebagai lokasi CTLC atas prakarsa masyarakat perunggasan Kaltim yang dipimpin drh H Sumarsongko. CTLC yang kemudian bernama “Tepi Mahakam” ini adalah hasil kerja sama PT Microsoft Indonesia dengan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB).

Ketika komputer-komputer mulai dipasang di ruangan samping toko, Katimin masih belum tertarik untuk bergabung. Bahkan ketika diajak secara langsung oleh Pak Purwoko, jawabannya adalah: “Belajar komputer? Buat apa? Apa komputer mau dibawa ke kandang?”
Ini adalah jawaban yang sangat wajar, mengingat masyarakat petani pada umumnya masih belum bisa menemukan hubungan antara komputer dengan pekerjaannya. Mereka yang biasa memegang cangkul, tentu merasa janggal ketika harus menggeser-geser mouse. Mereka yang sehari-hari mengurusi ternak tentu merasa aneh bila harus duduk di hadapan layar dan memencet-mencet keyboard.

Tapi karena bujukan yang terus-menerus, Katimin akhirnya bersedia mencobanya. Untuk mengurangi rasa gugup, ia pun mengajak dua rekannya, Budiyono (45) dan Paiman (42) untuk turut serta. Maka jadilah ketiga peternak ayam tersebut belajar komputer tiap Selasa dan Sabtu pukul 14.00 setelah selesai mengurusi ayam-ayam mereka.

Permulaan belajar komputer bagi tiga serangkai ini merupakan pengalaman unik. Pertama kali memegang mouse, tangan-tangan peternak itu amat kaku. Wajahnya tegang, dan peluh menetes dari dahinya. Mereka tidak berani mencengkeram mouse karena takut rusak. Tetapi semangat dan rasa ingin tahu ketiganya segera mengatasi berbagai kesulitan yang ditemui. Kini mereka sudah mampu bekerja menggunakan program MS Word dan MS Excel. Selain itu mereka juga mengenal dunia melalui internet.

Belajar di Tepi Mahakam

Sesuai kurikulumnya, tidak semua yang diajarkan di CTLC adalah internet. Para peserta pendidikan yang hingga kini telah mencapai 30 orang lebih, juga dilatih agar mahir menggunakan MS Word, MS Excel, dan MS Powerpoint.
Ini bukannya tidak berguna. Budiyono dan Paiman sudah membuktikan manfaat dari pelajaran tersebut. Mereka yang juga berprofesi sebagai guru sekolah dasar itu, kini bisa membuat lembaran-lembaran absensi bagi anak-anak didiknya. Sementara ketika bekerja sebagai peternak, keduanya bisa melakukan perencanaan perhitungan bisnis sederhana menggunakan MS Excel. (mb)

Sumber: http://www.bainfokomsumut.go.id/open.php?id=54&db=h5n1

Menghindari Flu Burung dengan Teknologi

Sejak menjadi wabah yang mematikan, flu burung telah menjelma sebagai mimpi buruk para peternak unggas. Namun ketakutan seperti itu tidak dirasakan Pak Katimin (45), seorang peternak ayam broiler di daerah Makroman, Samarinda, Kalimantan Timur.

Lelaki berwajah lugu dengan penampilan sederhana ini tidak terlalu khawatir akan kesehatan ternaknya. Alasannya, semenjak belajar komputer dan internet, ia jadi bisa mengenali berbagai jenis penyakit unggas serta cara mengobatinya. Dari internet jugalah Pak Katimin mendapat berbagai pengetahuan yang langsung bisa diterapkan dalam usaha ternaknya.

Tak heran bila peternak yang memulai usahanya dengan 300 ekor ayam itu kini telah mampu memasarkan lebih dari 3.000 ekor ayam pedaging dari dua kandang besar yang dimilikinya. Bukan hanya itu, Pak Katimin bahkan mampu menghindari kerugian penjualan berkat informasi harga yang ia peroleh dari internet.

Sebelum berkenalan dengan yang namanya komputer, Pak Katimin sering menghadapi masalah dengan ayam-ayamnya. Ia selalu kebingungan bila ternaknya sakit, lalu mati satu demi satu. Ia tidak mengetahui penyakit apa yang menyerang ayamnya, dan bagaimana mengobatinya.

"Dulu, setiap kali ada ayam yang sakit, saya hanya bisa mencoba-coba mengobati sendiri. Kalau sedang beruntung, obat itu bisa membuat ayam sembuh. Tapi seringkali yang terjadi adalah salah obat," katanya, mengenang masa awal ia beternak di tahun 2000.

Sekarang, peristiwa seperti itu tidak pernah lagi terjadi. Sejak belajar komputer dan mengenal internet dari Pusat Pembelajaran dan Pelatihan Masyarakat atau Community Training & Learning Center (CTLC), Pak Katimin seolah menjadi dokter bagi ayam-ayamnya. Dari internet, ia mendapat pengetahuan mengenai penyakit-penyakit ayam dan bagaimana mengobatinya. Berkat internet pula ia bisa memilih obat apa yang tepat dan seberapa banyak takarannya. Hasilnya, peternakannya pun terhindar dari wabah flu burung yang membuat ciut nyali para peternak itu.

"Berkat pengetahuan yang saya dapat dari CTLC, saya bisa mengenali jenis-jenis penyakit dan gejalanya," tutur lelaki keturunan transmigran asal Jawa Tengah yang lahir di Kalimantan itu. "Alhasil pengobatannya tepat, ayam saya sehat, dan kami terhindar dari flu burung."

Dari 300 menjadi 3000 Lebih

Di samping berhasil menghindarkan ternaknya dari penyakit, Pak Katimin memperoleh banyak informasi lain mengenai peternakan unggas. Karena selalu mengikuti perkembangan situasi perunggasan terkini, maka informasi pakan, obat-obatan, bahkan harga jual ayam tak pernah luput dari perhatiannya. Usahanya semakin maju, hingga pada bulan Juli 2006, ia sudah mampu meningkatkan jumlah ayam peliharaannya sampai 3200 ekor!

Seperti disebut di atas, internet telah membantu Pak Katimin mengetahui kondisi harga pasar daging ayam. Sebagai gambaran, saat ini konsumsi daging ayam di Kalimantan Timur mencapai 60.000 ekor setiap hari. Harga daging menjadi turun bila pasokan berlebih. Dengan biaya pemeliharaan sebesar Rp13 juta untuk 1000 ayam, peternak baru mencapai impas atau BEP (Break Event Point) bila bisa menjual daging ayam seharga Rp8.200 per kilogram.

Agar mereka bisa menjual dengan harga lebih tinggi, maka harus diusahakan agar ayam dijual saat permintaan tinggi dan pasokan sedikit. Untuk itu peternak butuh informasi kondisi pasar, sehingga bisa mengatur kapan mereka harus membeli anak ayam umur satu hari (DOC atau day old chicken) dan kapan menjualnya. Adapun ayam broiler biasanya dipanen setelah 35 hari, karena pada umur itulah pertumbuhan ayam mencapai puncaknya.

"Dengan mengetahui kondisi pasar, kita bisa memperkirakan kapan harus mulai memelihara ayam," ujar Pak Katimin. "Kalau tidak begitu, bisa-bisa kita rugi besar karena menjual saat harga turun."

Berkenalan dengan teknologi

Adapun perkenalan Pak Katimin dengan teknologi tidak berlangsung dengan mulus. Ketika mulai memelihara ayam, Pak Katimin adalah peternak dengan pengetahuan terbatas. Pergaulannya dengan orang yang mengetahui bidang perunggasan hanya terjadi ketika ia bertandang ke Toko Sapronak PS untuk membeli pakan dan keperluan ayamnya. Tapi dari situ lah terbuka jalan bagi Pak Katimin untuk mengenal teknologi.

Adalah Pak Purwoko, pemilik Toko Sapronak, yang menjadi perantara perkenalan Pak Katimin dengan komputer. Pak Purwoko sudah sejak lama menjadi tempat bertanya bila Pak Katimin menghadapi masalah dengan ayamnya. Seringkali Pak Katimin harus menempuh perjalanan selama 30 menit menggunakan sepeda motor untuk bertanya obat apa yang harus diberikan pada ayamnya yang sakit. Bila kebetulan yang empunya toko tidak ada di tempat, maka Pak Katimin harus rela menunggunya.

Sampai kemudian, pada bulan November 2005, Toko Sapronak dipilih sebagai lokasi CTLC atas prakarsa masyarakat perunggasan Kaltim yang dipimpin drh. H. Sumarsongko. CTLC yang kemudian bernama "Tepi Mahakam" ini adalah hasil kerja sama PT Microsoft Indonesia dengan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB).

Ketika komputer-komputer mulai dipasang di ruangan samping toko, Pak Katimin masih belum tertarik untuk bergabung. Bahkan ketika diajak secara langsung oleh Pak Purwoko, jawabannya adalah: "Belajar komputer? Buat apa? Apa komputer mau dibawa ke kandang?"

Ini adalah jawaban yang sangat wajar, mengingat masyarakat petani pada umumnya masih belum bisa menemukan hubungan antara komputer dengan pekerjaannya. Mereka yang biasa memegang cangkul, tentu merasa janggal ketika harus menggeser-geser mouse. Mereka yang sehari-hari mengurusi ternak tentu merasa aneh bila harus duduk di hadapan layar dan memencet-mencet keyboard.

Tapi karena bujukan yang terus menerus, Pak Katimin akhirnya bersedia mencobanya. Untuk mengurangi rasa gugup, ia pun mengajak dua rekannya, Pak Budiyono (45) dan Pak Paiman (42) untuk turut serta. Maka jadilah ketiga peternak ayam tersebut belajar komputer tiap Selasa dan Sabtu pukul 14.00 setelah selesai mengurusi ayam-ayam mereka.

Permulaan belajar komputer bagi tiga serangkai ini merupakan pengalaman unik. Pertama kali memegang mouse, tangan-tangan peternak itu amat kaku. Wajahnya tegang, dan peluh menetes dari dahinya. Mereka tidak berani mencengkeram mouse karena takut rusak. Tetapi semangat dan rasa ingin tahu ketiganya segera mengatasi berbagai kesulitan yang ditemui. Kini mereka sudah mampu bekerja menggunakan program MS Word dan MS Excel. Selain itu mereka juga mengenal dunia melalui internet.

Belajar di tepi Mahakam

Sesuai kurikulumnya, tidak semua yang diajarkan di CTLC adalah internet. Para peserta pendidikan yang hingga kini telah mencapai 30 orang lebih, juga dilatih agar mahir menggunakan MS Word, MS Excel, dan MS Powerpoint.

Ini bukannya tidak berguna. Pak Budiyono dan Pak Paiman sudah membuktikan manfaat dari pelajaran tersebut. Mereka yang juga berprofesi sebagai guru sekolah dasar itu, kini bisa membuat lembaran-lembaran absensi bagi anak-anak didiknya. Sementara ketika bekerja sebagai peternak, keduanya bisa melakukan perencanaan perhitungan bisnis sederhana menggunakan MS Excel.

Apa yang didapatkan di CTLC Tepi Mahakam ini sesuai dengan tujuan program Unlimited Potential yang menjadi induk CTLC, yakni memunculkan potensi-potensi terpendam di dalam setiap insan. Keberadaan CTLC juga diharapkan bisa menjadi sumber informasi bagi masyarakat marjinal, sebagai salah satu upaya mengurangi ketergantungan petani dan peternak pada tengkulak, memperluas pasar, meningkatkan produksi, mengangkat taraf hidup, serta mengembangkan pengetahuan mereka.

"Seperti kita ketahui, petani adalah populasi terbanyak di Indonesia. Ada sekitar 40-an juta penduduk Indonesia bermata pencaharian di bidang pertanian. Namun banyak diantara para petani kita yang mempunyai penghasilan dibawah rata-rata," kata Cynthia Iskandar, Public Relations PT Microsoft Indonesia.

"Hal ini karena mereka tidak mempunyai daya saing dan sangat tergantung pada tengkulak setempat. Hal ini disebabkan karena mereka tidak mempunyai akses," lanjut Cynthia. "Teknologi adalah salah satu alat yang dapat membantu para petani kita memperluas akses informasi dan pasar, memperkuat networking, meng-update perkembangan pertanian, dan pada akhirnya dapat meningkatkan potensi diri mereka sebagai petani yang mandiri, memiliki daya saing, serta go global."

Tentu saja cita-cita ini tidak bisa dicapai semudah diucapkan. Selain kegagapan masyarakat kecil menerima teknologi, infrastruktur pendukungnya pun masih kurang memadai. Kasus di Samarinda bisa menjadi gambaran mengenai hal itu. Listrik di sana masih sering byar pet sementara jumlah komputer belum cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka yang ingin belaja. Namun begitu, kehadiran CTLC Tepi Mahakam telah dirasakan besar manfaatnya. Di Tepi Mahakam, internet tidak hanya mengubah nasib seseorang, tapi juga kehidupan mereka sehari-hari.

Kini, bila kita bertandang ke rumah Pak Katimin di desa Makroman, jangan kaget bila ada suguhan istimewa berupa opor ayam ala Makroman, yang resepnya didapatkan Pak Katimin... dari internet!

Jempol buat pak katimin, harusnya pemerintah kita mulai awas dong, sediakan jaringant telkom yang bagus dan terjangkau ke daerah daerah, dan udah layaknya jasa internet di jual murah, biar semua orang menikmati nikmatnya teknologi, tanpa perlu pergi ke ibu kota.
Marina

Sumber: http://berita.kafedago.com/

Monday, January 21, 2008

Apa itu CTLC?

Guna mendorong perkembangan pertanian di Indonesia, PT Microsoft Indonesia bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM), sebuah lembaga non profit di bawah naungan IPB (Institut Pertanian Bogor), meluncurkan program TI@Pertanian. Program ini merupakan prakarsa Microsoft untuk mendukung program pemerintah dalam merevitalisasi pertanian melalui pemenuhan kebutuhan akses informasi kepada para petani. Melalui program ini, Microsoft mendirikan 7 pusat belajar berbasis masyarakat yang disebut Community Training and Learning Center (CLTC) untuk para petani di daerah yang memiliki keterbatasan akses terhadap informasi. Enam diantaranya di tempatkan di Jawa Barat dan satu di Kalimantan Timur.

"Kebutuhan akan akses informasi sangat tinggi di kalangan petani. Selama ini para petani menghadapi kendala keterbatasan informasi sehingga membatasi potensinya," ungkap Presiden Direktur PT Microsoft Indonesia Tony Chen.

Sejak tahun 2003, Microsoft telah memprakarsai program Unlimited Potential (UP), dimana Microsoft bermitra dengan lembaga swadaya masyarakat untuk mewujudkan sarana belajar jangka panjang dengan mendirikan CTLC bagi berbagai komunitas masyarakat di berbagai sektor di Indonesia, termasuk di sektor pertanian. Temuan di lapangan menunjukkan perkembangan sektor pertanian mengalami kendala keterbatasan informasi.

Keterbatasan tersebut cukup memprihatinkan, mengingat potensi sektor pertanian di Indonesia sangat tinggi. Hasil Sensus Pertanian 2003 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan luas lahan produktif yang dimiliki rumah tangga pertanian terus menunjukkan peningkatan yang signifikan tiap tahunnya. Tercatat pada tahun 2003 luas lahan produktif untuk pertanian sudah mencapai 19,67 juta ha. Sementara itu BPS juga mencatatkan jumlah penduduk produktif untuk sektor pertanian cukup tinggi yaitu mencapai 43% dari jumlah total penduduk produktif di Indonesia (93,72 juta jiwa).

Hal tersebut yang melatarbelakangi komitmen Microsoft untuk lebih memfokuskan diri dalam memberikan akses informasi kepada komunitas petani, melalui program TI@Pertanian.

Diharapkan pemenuhan kebutuhan akan akses informasi itu menjadi salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan petani kepada tengkulak, dapat memperluas pasar, meningkatkan produksi, meningkatkan taraf hidup, dan terus mengembangkan pengetahuannya dengan belajar dari petani di daerah lain.

Pada setiap CTLC disediakan fasilitas berupa perangkat teknologi yang dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para petani maupun keluarganya. Para petani dapat mengakses informasi seluas-luasnya, saling bertukar pendapat, berdiskusi dan meningkatkan kapasitas dirinya dalam hal teknologi informasi.

Para petani dapat mengakses informasi melalui internet, membaca perkembangan seputar pertanian di e-library yang telah disediakan yaitu Pustaka Tani (
www.pustakatani.org). Selain itu para petani dapat mencontoh kesuksesan petani dari daerah lain atau berbagi pengalaman kepada petani lainnya, berdiskusi masalah pertanian, mempelajari dan menerapkan hasil penelitian yang telah dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB), mengetahui musim tanam yang tepat, mendapatkan kontak perusahaan yang membutuhkan hasil pertanian, atau mendapatkan koleksi e-book yang baik yang membahas masalah pertanian maupun topik lainnya.

LOMBA KARYA TULIS

Microsoft Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Mitra Mandiri

Mengadakan lomba karya tulis selama Januari 2008 – Februari 2008
Tema:
a.
Pengalaman selama mengikuti pelatihan.
b.
Pengalaman selama melatih.
c.
Pengalaman selama mengkoordinasikan CTC/CTLC.

Dari ketiga tema diatas ceritakan pula

  1. Untuk butir A&B bagaimana hasil latihan tersebut digunakan dalam meningkatkan kualitas hidup sehari-hari (misalnya: membuat situs atau web-site untuk memasarkan produk, peningkatan penghasilan dan keuangan keluarga, membuka usaha baru, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, dlsb).
  2. Untuk butir C, bagaimana CTC mengembangkan diri selama pendanaan Microsoft berlangsung dan sesudah pendanaan tersebut berakhir dan apa hasilnya. Apakah pengaruh keberadaan CTC untuk masyarakat target dan masyarakat di lingkungan CTC

Peserta akan dibagi dalam 2 kelompok;

  • Kelompok I : Pengurus lembaga CTC
  • Kelompok II : a. Pelatih (trainer)b. Peserta pelatihan (trainees)

Hadiah:
Kelompok I : - Perjalanan ke Jakarta selama 2 hari, Uang tunai, Komputer desktop, Printer berwarna, Microsoft Windows Vista Starter & Office 2007 Sertifikat & Trofi, Wawancara di radio
Kelompok II:

  • Juara I : Perjalanan ke Jakarta selama 2 hari, Uang tunai, Komputer desktop, Printer berwarna, Microsoft Windows Vista Starter & Office 2007, Sertifikat & Trofi, Wawancara di radio
  • Juara II : Uang tunai, Komputer desktop, Printer berwarna, Microsoft Windows Vista Starter & Office 2007, Sertifikat & Trofi
  • Juara III : - Uang tunai, Komputer desktop, Microsoft Windows Vista Starter & Office 2007, Sertifikat & Trofi,

Persyaratan:
a. Tulisan diketik dengan menggunakan komputer, jenis huruf yang dipakai adalah Arial 12 dengan spasi 1 ½
b.
Minimal 2 halaman dan maksimal 4 halaman.
c.
Tulisan merupakan karya sendiri (tidak saduran)
d.
Karya tulis menceritakan pengalaman diri sendiri.
e.
Batas waktu pengajuan diterima tanggal 20 Februari 2008.
f.
Hasil karya tulis dikirim melalui email ke Yayasan Mitra Mandiri dengan alamat email mitraman@indosat.net.id. Atau faksimili 021-5220806 atau dapat juga melalui pos ke alamat:

Yayasan Mitra Mandiri
Perkantoran Kartika Chandra
Lt. 4 Suite 407 – 408
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 18 – 20
Jakarta Selatan 12930

g. Mencantumkan data pribadi penulis.
h.
Mencantumkan judul karya tulis
i.
Hasil penilaian juri tidak dapat diganggu gugat.
j.
Pemenang akan diumumkan pada pertengahan bulan Maret 2008 dan akan diberitahukan secara langsung kepada pemenang.

Kriteria Penilaian
1. Memberikan inspirasi bagi orang lain
2.
Menarik untuk dibaca
3.
Menggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar

Catatan:
Untuk informasi lebih jelas dapat menghubungi Romanna di Yayasan Mitra Mandiri 021-5220806 / 5220804 Fax. 021 – 5220806 atau HP. 0816- 482 9069